Rabu, 21 Maret 2012

Asal Mula Pulau Bulat (Depan Kelurahan Sei Enam Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan)

Pada zaman dahulu, ada seorang pemuda dari golongan masyarakat biasa yang mencintai seorang putri dari kerajaan seberang. Dikisahkan bahwa si pemuda berasal dari Pulau Penyengat. Rasa tersebut sudah ditentang oleh orang tuanya karena orang tuanya menganggap bahwa si anak hanya berkhayal saja dan tidak mungkin apa yang diinginkannya itu tercapai. Dan hal itu tentu saja tidak dapat diterima oleh sang raja. Tetapi untuk menolak secara langsung, raja takut dianggap tidak bijaksana oleh masyarakatnya dalam mengambil keputusan hanya karena pemuda tersebut seorang rakyat biasa. Raja pun memikirkan taktik agar pemuda tersebut sulit menjadi suami dari anaknya.
Akhirnya raja mendapatkan sebuah ide dengan memberikan persyaratan kepada si pemuda. Karena rasa cinta dan sayangnya kepada sang putri, si pemuda pun menyanggupi persyaratan yang diberikan oleh sang raja. Persyaratan tersebut adalah ketika proses melamar. Sang raja memberikan persyaratan agar pemuda tersebut menggunakan perahu dalam perjalanan dari kampung halamannya menuju ke kerajaan untuk melamar sang putri, yang mana perjalanan di mulai pada malam hari dan pagi harinya sudah harus sampai ke kerajaan untuk melaksanakan proses melamar. Apabila persyaratan tersebut dapat dipenuhi oleh sang pemuda, maka ia dapat memperistri sang putri. Tetapi jika tidak, maka malapetaka akan menimpa dirinya.
Berbekal dengan keyakinan, pada malam hari mulai lah si pemuda mendayung perahunya dengan dayung kecil. Perahu tersebut berisi cincin emas untuk sang putri dan sebuah payung pengantin serta barang-barang lain yang diperlukan oleh si pemuda. Namun ia membuat kesalahan, dayung seharusnya diletakkan berdiri atau tegak lurus dengan permukaan air sehingga ia dapat mendayung dengan baik dan perahu dapat berlayar hingga waktu yang ditentukan. Tetapi, ia menggunakan dayung terlentang atau sejajar dengan permukaan air, sehingga ia tidak dapat mendayung dengan baik dan sangat sulit sehingga perahu yang ditempatinya berjalan dengan sangat lambat.
Si pemuda tidak putus asa. “Aku pasti bisa, aku bukan seperti pungguk merindukan bulan”, mungkin itulah gambaran yang tepat tentang apa yang sedang dirasakan dan diusahakan oleh si pemuda. Ia terus berusaha mendayung perahunya agar keinginannya dapat terpenuhi. Ia ingin membuktikan bahwa ia mampu. Namun takdir berkata lain. Saat ia sedang berusaha mendayung semampunya dan tepat berada di daerah depan Pulau Sei Enam, dari daratan didengarnya ayam telah berkokok. Ia makin keras mendayung. Ketika ia sedang mendayung, tiba-tiba saja dari sisi kanan dan kiri perahu air laut masuk perlahan-lahan. Si pemuda tidak sempat lagi menyelamatkan diri sehingga ia ikut tenggelam beserta perahunya yang karam. Dari tempat perahunya tenggelam itulah diyakini timbul sebuah pulau yang dikenal dengan nama Pulau Bulat. Pulau ini berbentuk seperti payung yang menurut kepercayaan masyarakat setempat adalah payung pengantin yang dibawa oleh si pemuda. Pulau ini pun diyakini sebagai pulau terapung yang mana di bawah pulau tersebut berbentuk seperti tangkai payung. Tangkai payung itu hanya berjarak sejengkal dari tanah. Di tangkai payung yang bengkok (tempat tangan kita memegang payung saat payung digunakan) juga dipercaya terdapat sebuah cincin yang diyakini bahwa itu adalah cincin yang akan diberikan kepada sang putri. Namun tidak ada satu orang pun yang berani mengambil cincin tersebut karena dijaga oleh ikan kertang. Ikan kertang itu diyakini merupakan jelmaan sang pemuda.
Seorang pria yang bernama Muhammadiyah (sekarang almarhum), ingin membuktikan kebenaran tentang dasar dari Pulau Bulat tersebut. Dengan berbekal keberanian dan keyakinan, beliau pun menyelam ke dasar pulau tersebut, kebetulan beliau adalah seorang penyelam agar-agar dari Pulau Sirai. Menurut penuturan beliau, apa yang dilihatnya sama seperti yang diceritakan oleh masyarakat. Mungkin sudah ada yang menyelam terlebih dahulu sehingga cerita tersebut beredar di masyarakat. Entah apa penyebab pulau bulat itu tidak berdasar dan bagaimana mungkin bisa sebuah pulau terapung tetapi dengan posisi yang selalu tetap di situ dan jika bergerakpun hanya di sekitar situ dan tidak hanyut mengikuti pergerakan arus hingga jauh dari tempat asalnya? Tidak ada yang tidak mungkin selagi Allah berkehendak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar